Saya udah bilang belum saya sekarang udah kuliah? Well, belum resmi mulai kuliah sebenarnya, masih mahasiswa baru yang menunggu ospek. But still, sekarang saya udah mahasiswa. Time flies by so fast, huh?
Anyway, mulai kuliah berarti lingkungan baru, orang-orang yang baru, awal yang baru. Antara excited dan anxious juga sebenarnya. Memulai dari awal lagi itu nggak mudah. Kenalan lagi, basa-basi lagi, membuka diri lagi, beradaptasi lagi dengan hal-hal baru. Yes, it is exciting, but sometimes it can be tiresome too, don't you think?
Yang paling berat buat saya adalah pergi. Jalur pendaftaran saya mengharuskan saya ikut proses orientasi satu bulan di universitas. Which means, saya harus stay satu bulan di kota yang baru, tinggal sendiri, dan me-manage diri sendiri. Awalnya saya pikir bakal enjoy, bakal seru, karena saya emang semangat banget mau jadi anak kos. Tapi, setelah dijalani ternyata emang nggak semudah yang dibayangkan.
Kepindahan saya yang mendadak memang bikin preparation saya nggak komplit. Saya masih belum lancar nyetir, belum lancar nyuci baju (yes, saya nggak pernah cuci baju seumur hidup saya sebelumnya, how pathetic huh), belum sempat menyelesaikan art project saya, belum ngapalin jalan, belum sempat beli ini-itu buat kebutuhan hidup di sana, dan segala macam 'belum-belum' lainnya.
Tapi yang paling nyebelin, adalah karena saya pergi di waktu yang nggak tepat. Ketika saya berangkat, temen-temen saya yang merantau les di luar kota baru pada pulang. Tapi, begitu giliran saya yang akhirnya pulang, mereka justru sudah harus pindah ke kota masing-masing, dan saya cuma punya waktu satu-dua hari untuk ketemu. It sucks, seriously. Saya dongkol bukan main dan cuma bisa mewek sendirian. Satu bulan waktu saya kebuang sia-sia, untuk program yang sebenarnya sekedar formalitas dan nggak terlalu bermanfaat ini. Sementara kalo saya di rumah, ada begitu banyak, b a n y a k, kegiatan yang lebih produktif yang bisa saya lakukan. Saya nggak bisa cukup ngegambarin betapa marah dan helpless-nya saya waktu tahu saya nggak bisa ketemu satu sahabat saya lagi karena selesainya program saya barengan sama waktu dia pindah ke luar kota.
Saya sampai sempat mempertanyakan, bener nggak sih saya milih untuk kuliah di sini. Kayaknya semua orang yang saya kenal bakal satu universitas atau satu kota sama sahabat-sahabatnya. Mereka bakal ketemu lagi, mereka nggak sendiri. Saya? Saya di sini cuma berdua, kemungkinan bakal jadi sendiri kalau temen saya jadi pindah tahun depan. Siap nggak sih saya bener-bener mulai dari awal lagi, tanpa bergantung sama orang lain? Saya udah ngerasain gimana susahnya harus mulai sendirian tanpa punya siapa-siapa, dan itu nggak mudah. Dan sekarang, saya sudah memulai dengan banyak rasa nggak suka ke lingkungan yang baru ini. And someting with a bad start usually have an ugly ending, isn't it?
Satu sahabat saya pernah dateng ke kota saya yang baru. Cuma sebentar memang, dan kita cuma punya satu hari untuk ketemu. But that was the happiest moment I've had in a month. Bukan karena jalan-jalannya, bukan karena nonton filmnya, but the familiarIty, the feeling of coming home. Setelah berhari-hari dihabiskan dengan orang-orang baru, bisa bertemu lagi dengan seseorang yang dekat, yang familiar, yang punya ritme yang sama, yang bisa ngobrol dan mentertawakan hal yang sama, that was the best gift the universe has given me. Dan saya nggak bisa bayangin kehilangan semua itu.
Tapi, setelah dipikir-pikir that is how life is, right? It sucks sometimes, it is not all sunshine and sweet things. Sometimes you've got to taste the bitterness of the universe, and it is always hard to walk alone. Hidup nggak selalu berjalan sesuai yang kita mau, dan ketika takdir membawa kita ke jalan yang salah, kita nggak selalu bisa putar balik. Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah jalan terus. Mungkin akan jatuh, mungkin akan luka, dan tidak kembali tanpa cacat. Tapi setiap langkah yang kita jalani itu, mudah-mudahan punya arti. Mudah-mudahan semesta melihat, dan memberi balasan yang pantas.
No comments:
Post a Comment