When you're alone and not in your comfort zone anymore,
you'll realize you are not as strong as you think you are.
---------------------------------------------------------------------
Saya bicara berdasarkan pengalaman pribadi. Setelah sebulan kemarin untuk pertama kalinya tinggal sendiri, jauh dari orang tua dan kenyamanan, akhirnya ngerasain sendiri betapa susahnya untuk belajar mandiri.
Beberapa hari pertama semua masih fine-fine aja. Saya masih excited banget akhirnya bisa ngekost sendiri, me-manage hidup sendiri, nggak diatur-atur lagi, sepenuhnya bebas. Saya bisa tidur jam tiga pagi, bangun jam dua sore, nyobain makanan-makanan aneh seenaknya, dan keluyuran sampai malam tanpa ada yang ngomelin. It was paradise, and I am happy.
Seminggu kemudian, mulai jenuh juga sendirian terus. Pergi ke mana-mana sendirian, setiap hari harus pergi untuk sekedar cari makan, keuangan harus diatur bener-bener biar akhir bulan masih bisa hidup layak, setiap hari ketemu orang-orang baru dan harus mulai basa-basi dan kenalan dari awal lagi, begitu pulang ke kost bukan disambut orang malah ditunggu cucian yang numpuk. Rasanya merana banget apa-apa harus sendiri.
Klimaksnya sih biasanya pas satnite. Semua serba salah, mau pergi jalan sendirian kok kayaknya bakal mati gaya karena di mana-mana orang ada temennya semua. Mau di kost aja kok berasa miris banget hari Sabtu gini cuma duduk di kamar makan nasi bungkus. Mau chat atau telepon orang kok lagi pada pergi semua nggak ada yang available. Intinya merana total pokoknya.
Yang lebih susah lagi kalo kita tiba-tiba sakit. Entah sekedar flu, batuk, demam, diare, atau sampai tifus dan DBD, yang namanya sakit itu nggak enak. Sakit dan sendirian, itu sejuta kali lipat lebih nggak enak. Kebayang nggak, yang biasanya kalo kita sakit di rumah disayang-sayang, diurusin, dianterin ke dokter, sekarang buat makan aja harus usaha sendiri. Nggak peduli mata kunang-kunang, kepala seberat gajah, dan badan menggigil, kalau mau makan ya harus keluar cari sendiri. Mau beli obat pun gitu, butuh perjuangan dulu.
Akhirnya, kita bakal mulai mikir, ternyata untuk mandiri itu nggak gampang. Hidup sendiri, jauh dari keluarga, itu nggak melulu tentang bebas keluyuran, bebas pulang malam, bebas ngapa-ngapain. Hidup sendiri itu juga belajar tanggung jawab, belajar susah, belajar ngurus diri sendiri. It's true that there's no one will tell you what to do anymore. But there's also no one there to care for you like your parents do. Then, you'll start to miss everything. Mulai homesick, mulai pengen pulang, mulai kangen diomelin lagi sama orang tua, mulai rutin minta ditelepon setiap hari, mulai kangen temen-temen yang lama, bahkan mungkin mulai nangis sendirian meratapi nasib. You'll realize, you are not that strong after all.
Tapi, setelah fase-fase galau itu lewat, biasanya kita bakal mulai mikir. Kita nggak bisa selamanya seperti ini. You're an adult now. You're on your own, and you are responsible for your own life. Nggak bisa selamanya mengandalkan orang lain, nggak bisa selamanya bergantung sama orang lain, nggak bisa selamanya menyalahkan keadaan. Being strong, or not, is a matter of choice. Either you choose to sit down and sulk, or steel yourself for whatever life might throw at you. Sesekali nangis sih wajar kok, selama masih ingat untuk berdiri lagi.
Karena kita masih punya janji-janji untuk dipenuhi. Dan masih ada orang-orang yang harus dibuat bangga.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
You'll be alright, dear. You'll be fine. You'll survive, and you always will. It is hard now, I know. But this is just the beginning, right? It gets better, deary, you know it will. You are not alone, you know that. I'm all ears, you know you just have to ask.
No comments:
Post a Comment