Saya besok ujian akhir. Ujiannya lisan, dan saya benci banget ujian lisan.
Terakhir kali ikut ujian lisan itu sama Steve, guru Bahasa Inggris bule saya di SMA. But it didn't count since ujiannya nggak susah, cuma cerita doang dan Steve itu unyu, nggak mengintimidasi.
Ujian lisan yang beneran menyeramkan itu waktu sama guru Kimia di kelas sepuluh. Ceritanya kuis susulan atau perbaikan nilai saya lupa, yang jelas itu benar-benar pengalaman ujian paling nggak enak dan, well, memalukan.
Saya dulu bego banget Kimia. Jadi waktu dipanggil masuk buat ujian lisan, saya yang waktu itu gugup, merasa bego dan terintimidasi sama gurunya yang mengerikan akhirnya panik sendiri. Begitu dikasih pertanyaan saya nggak bisa jawab karena saya... asma mendadak.
Saya tiba-tiba sesak napas gitu, nggak bisa ngomong. Tapi, saya nggak sadar kalo saya nggak bisa napas. Gurunya bingung gitu terus saya disuruh tenang, jangan panik, dan selama jawab pertanyaan saya dibimbing gitu, mungkin dia kasian karena saya mengenaskan banget.
Begitu keluar ruangan itu rasanya kayak Lebaran bahagianya. Tapi begitu inget tadi sempat dengan noraknya sesak napas karena tegang, the happiness just floated away completely.
And that's the reason why that one scary teacher still remembered me all through high school years. I left quite an impression after all.
No comments:
Post a Comment