November 5, 2012

Babbling

Siapapun yang bilang kalo kuliah itu lebih santai pasti nggak pernah ngerasain enaknya SMA. Saya sekarang lagi UTS, dua minggu untuk delapan makul yang sebenarnya jadwalnya longgar tapi belajarnya ampun-ampunan. Perbandingannya waktu SMA, dengan jadwal UTS yang juga dua minggu dan full setiap hari untuk  mata pelajaran sepuluh, dan saya masih sempet-sempetnya main The Sims sampai pagi buta.

Saya nggak ngerti apa emang jurusan saya yang kuliahnya susah, kapasitas kepala yang terlalu terbatass, atau karena masih maba yang butuh penyesuaian aja makanya sampai sekarang masih kelabakan ngikutin ritme belajar kuliah yang hectic banget.

Kalo nggak UTS pun, tugas-tugas selalu ada setiap minggu dan bikin serba salah, mau dikerjain bingung, mau ditinggal main malah jadi beban. Itu semua belum ditambah tugas tambahan karena ikut kegiatan-kegiatan ekstra. Niatnya mau belajar berorganisasi dan segala macemnya itu, tapi kenyataannya malah sebel sendiri karena ada yang bossy. I mean, seriously. Kesel nggak sih ketika dikasih satu group task tapi kita yang di rongrong buat tanggung jawab sendirian? Dikasih kerjaan yang nggak jelas detailnya tapi deadline nggak manusiawi? Rasanya kayak mau langsung ngedatengin dan maki-maki.
Anyway, lebaran kemarin Babe tinggal tiga hari di sini, lumayan banget akhirnya ketemu lagi dan bisa memperbaiki kualitas hidup. Akhirnya bisa keluar dari kamar kosan yang super sempit dan libur makan ngirit-ngirit.
Saya cerita juga ke dia kemarin sempet jalan ke pusat kerajinan kulit dan kepikiran buat jualan custom made leather bag gitu. Ceritanya cuma sambil lalu aja sebenernya, tapi ternyata dianggap serius sama Babe. Dua minggu setelah lebaran saya dikirimin modal, buat belajar jualan katanya. It successfully scared me. Untuk memenuhi ekspektasi yang sebesar itu, saya nggak yakin bisa. Dulu emang sempet kepikiran mau bikin-bikin scrapbook, since the market is good and I do enjoy making it. Tapi dengan jadwal kuliah yang masih kacau gini, saya nggak yakin bisa bagi waktu dengan baik. It seems like I worry too much now, don't I? But it is a big choice to make. Bukan sekedar jualan onigiri yang modal dan skalanya nggak seberapa lagi. Orang bilang respect itu nggak bisa diminta, tapi diperoleh lewat pembuktian. Tapi ketika pembuktian itu ditujukkan ke orang tua, saya takut sendiri. I do not want to fail him more than I've already had.

On a lighter note, akhirnya saya bisa karaoke lagi setelah sekian lama. Akhirnya bisa nyanyi teriak-teriak lagi dan ketawa-ketawa sampai jelek. Biarpun agak pusing karena playlist kemarin dibanjiri lagu India dan pulang karaoke dapet kabar yang nggak enak, it was so effin fantastic!


November 1, 2012

Gagal Lari

Jadi ceritanya saya lagi males berat sama segala sesuatu yang berbau India. Tanpa bermaksud mendiskreditkan atau rasis, saya sedang anti-antinya sama apapun yang berasal dari negara ini. Ya filmnya, ya lagunya, ya makanannya, semua. Masalahnya saya punya problem akademik yang lumayan menyebalkan dan menyita waktu terkait negara Bollywood ini.

Semesta seringkali tidak adil. Ketika kita berusaha lari dari sesuatu, ia justru mempertemukan kita dengan hal-hal yang kita hindari. Di posisi di mana saya sedang berusaha menghindari segala macam kontak, saya justru seolah dibombardir segala sesuatu yang berhubungan dengan India. Dari mulai sesi karaoke yang berhamburan lagu India, booming singkat dan mendadaknya roti cane di kelas, sampai acara TV yang tiba-tiba muncul dengan tema India.

Ini benar-benar lelucon besar yang amat sangat tidak lucu. Saya mangkel.