December 30, 2012

Makan

Kalau kita bicara soal anak kost pasti identik sama menu makanan yang seadanya. Uang bulanan yang nggak banyak sering berbanding terbalik sama pengeluaran yang nggak sedikit. Solusinya, supaya kebutuhan-kebutuhan semua bisa terpenuhi dengan seimbang, ada beberapa yang harus dikorbankan, salah satunya makanan.
Kalo dulu waktu SMA dan masih tinggal sama orang tua makan nggak pernah mikir, sekali hangout dan pergi makan bisa habis ratusan ribu, sekarang bisa makan pizza sebulan sekali aja udah mewah banget.
So far saya sih justru menikmati banget perubahan ini. Rasanya seru aja, jadi berasa mahasiswanya, jadi berasa 'merantau'nya. Biar cuma makan nasi padang cuma pake sayur+sambel+kuah atau nasi kucing tiga ribuan, ketika makannya bareng-bareng ditambah ngegosip, it is enough to satisfy both your physical and emotional needs, trust me.

Anyway.
Dulu saya anti banget beli streetfood. Takut nggak higenies-lah, takut pake plastik atau bahan kimia nggak sehat-lah, pokoknya paranoid sendiri. Tapi sejak mulai ngekos, dengan berbagai jajanan pinggir jalan yang memuncah-buncah di sekitar kost dan kampus, ada beberapa makanan dan jajanan yang menarik perhatian.
Kerupuk Koin Pedas
Buat saya, snack ini cemilan khas nggak resminya Jogja karena so far, saya nggak pernah liat di tempat lain. Kalo di sini, kayaknya hampir semua warung dan bahkan beberapa minimarket jual koin. Rasa kerupuknya sih standar, asin, tapi bubuk bumbunya itu lho, pedas tingkat naga. Makan beberapa aja bisa mules. Tapi, sama ceritanya seperti Maicih, karena enak jadi nagih dan ya makan terus aja. I love this snack, tiap belanja bulanan pasti jadi item wajib yang harus dibeli.

Biting a.k.a Lidi
Ini sebenarnya cemilan dari zaman SMA dulu. Teman-teman saya kayaknya tahu betapa saya addict banget sama lidi ini. Nama resminya sebenarnya biting, dan udah jadi cemilan sejuta umat ya kayaknya. Nggak ada perbedaan yang signifikan sih antara biting zaman SMA dan biting di sini, cuma seneng aja setiap beli jadi kayak reliving the past gitu :D

Cireng
Pertama kali makan cireng itu waktu study tour SMP ke Bandung. Belinya waktu itu bareng-bareng di Dago, cireng versi modern, ada isinya, dan enak banget. Sekarang kalo beli cireng biasanya di SunMor, versi klasik yang tanpa isi, just as good.

Singkong Keju
Dulu, bayangan saya singkong keju itu singkong yang ditengahnya diisi keju terus digoreng. Makanya, waktu pertama kali makan saya bingung, pas dikunyah kok nggak ada rasa-rasa kejunya. Ternyata, maksudnya singkong keju itu singkong yang asin dan lembut, mirip keju o_O. Enak sih, but still, tiap makan suka nggak sadar diemut-emut dulu gitu, mencari-cari 'keju'nya. Iya, bego banget.

Sambal Bawang
Entah cuma saya atau emang dulu di Palembang saya jarang banget makan dan dapet sambelnya sambal bawang. Tapi di sini kayaknya semua-mua pake sambal bawang. I'm not complaining, though. I love sambal bawang! Kayaknya tuh semua lauk berasa enak aja kalo makannya pake sambal ini.

Terong dan Jamur Goreng
Dua ini adalah lauk andalan ketika makan di luar dan uang sudah tipis. Murah tapi edible. Toh selama masih pake nasi, tetap bisa kenyang juga biar lauknya bukan ayam atau daging. Karena, believe me, daging adalah lauk yang sangat mewah buat anak kost.

Roti Prata
Ini nggak termasuk streetfood sih, but merely one of many instant food that I bought to fill in my need for food. Roti prata merk ini enak banget, highly recommended. Masaknya juga gampang banget, tinggal di fry-pan bentar.

Canai Susu
Ini sebenarnya makanan yang simple banget, cuma roti canai, yang kalo biasanya dimakan pake kari, ini dikasih susu kental manis putih. Tapi somehow banyak banget yang nagih, termasuk saya. Lumayan mengeyangkan juga buat ukuran snack.

December 25, 2012

Things I Learned, So Far

Friends are everything

Ketika kita jauh dari rumah, dari keluarga and their undying love and care, ketika kita sendiri di tempat yang asing, punya teman-teman yang luar biasa baik mampu membuat semua lebih mudah dijalani. Mereka membuat setumpuk tugas dan deadline, segambreng kegiatan dan event, serta dosen-dosen menyebalkan dan kelas yang bikin ngantuk, worth it. Kadang niat aja nggak cukup. Kadang, tujuan dan cita-cita yang digantung sedemikian tinggi terasa sulit dijangkau. Mereka adalah yang akan membantumu berdiri. Menopangmu sedikit demi sedikit sampai kau cukup kuat untuk meraihnya sendiri. Tapi ketika lompatanmu gagal, mereka tetap ada. They're going to catch you, no matter how fucked up you are. They will be there, asking nothing in return. And I've found them, the good friends. Meski kadang mereka sangat-sangat 'sakit' dan punya kecintaan berlebihan terhadap film-film India (blerghhh..) yang nggak kenal waktu dan tempat, they'are still amazing. And I thank anyone Up there for giving me them.

Never, ever, judge someone by their look, their attitude in public, or their social media account

Seorang teman sangat talkative di socmed, selalu muncul, selalu online, dan semua tau dia. But in real life, dia amat sangat menyebalkan dan invisible. Seorang lagi, perawakannya mirip anak SD, kurus, mungil, dengan gaya berpakaian yang sama sekali nggak kelihata mahasiswa-mahasiswanya. Ketika diajak bicara, ternyata dia begitu kritis dan tahu begitu banyak. Bacaannya buku politik, biografi, sastra dan puisi. Dan dia suka banyak lagu-lagu jadul yang juga saya suka, which in my view, a huge point. Seorang teman yang lain sangat aktif dan seorang public speaker yang baik. Setiap dia bicara di forum, saya selalu terkagum-kagum dengan kosa kata dan cara bicaranya yang 'pintar'. Tapi, ketika dia bicara dengan hebatnya tentang satu topik yang saya kuasai dan dia, notabene, tidak, saya bisa lihat betapa dia sebenarnya cuma membacot. Orang yang benar-benar pintar seharusnya tahu kapan ia harus bicara, dan kapan ia harus tutup mulut, and that is when I lost my respect. Seorang teman lagi, justru kebalikannya. Pendiam, jarang aktif di forum. Kemudian, sebuah kebetulan membawa saya pada fakta bahwa nilai essay penugasannya adalah: 4; 3,75; 3,5. Seorang lagi, adalah mahasiswa eksis. Bajunya bagus, modis, mantannya banyak, mukanya judes, tipikal tokoh antagonis di sinetron-sinetron. Tapi ternyata, dia berangkat dari keluarga yang tidak utuh. Orangnya sendiri, begitu kenal lebih jauh, sebenarnya baik dan smart banget. I learned so much from my encounter with these new people, hopefully those experience will serve me to be wiser.

There's no such thing as 'pushing yourself too hard

Life only feels hard when you go soft on yourself. Ketika ketika menghabiskan diri membuang-bunag waktu mengasihani diri sendiri, memajakan diri dengan excuse-excuse yang kita buat sendiri, we became weak. And thus, we became powerless in the face of life and its problem. Teman saya adalah mahasiswa karier. Dia aktif di segambreng kegiatan dan organisasi, baik akademik maupun seni,  dia punya absensi yang hampir semua full, bukan karena titip absen (yang notabene nggak bisa dilakukan lagi dikampus saya, no thanks to the fingerprint method) tapi karena memang datang terus. Dan dia baik-baik saja. Semua orang, termasuk saya, bilang suatu saat dia akan snap sendiri karena bebannya terlalu banyak dan dia akan ambruk. But so far, she's doing fine. Because she steeled herself, she brace herself for whatever tomorrow brings. Saya? Jadwal tidur yang nggak teratur dan makanan yang nggak sehat bikin saya, saat ini, merana sendiri karena sakit. I am weak, saya belum punya niat dan mental sebaja teman saya tadi. Tapi saya berusaha kok, meski baru langkah kecil sedikit-sedikit dan sepele.
Sulit, tapi Bapak secara nggak langsung bikin saya  kuat. Dia sibuk, dia sering nggak punya waktu untuk saya bahkan ketika kita masih tinggal serumah. Kalau teman-teman saya cerita mereka sedih ketika dua hari nggak ditelepon rumah, saya hampir dua minggu nggak dihubungi Bapak. Ketika teman-teman saya sakit dan mereka ngadu, saya cuma sms Bapak ketika penyakit saya kemarin sudah parah dan saya nggak tahu lagi mau berobat ke mana. Ketika di waktu-waktu langka saya ditelepon agak lama sama Bapak dan saya cerita tentang masalah saya, respon Bapak selalu ringan dan seolah menggampangkan.
Dulu, saya merasa semua karena Bapak nggak peduli, karena Bapak nggak mau tahu. Tapi saya sekarang lebih dewasa. Saya bisa lihat, bahwa semua itu Bapak lakukan justru karena dia sayang saya. 
Dia nggak merasa perlu menghubungi saya setiap hari karena dia percaya saya baik-baik saja dan saya bisa jaga diri. Bapak percaya saya bisa jaga kesehatan, dan ketika saya sakit, Bapak tahu saya pasti bisa mengurus diri sendiri. Ketika saya cerita dan Bapak cuma menanggapi seadanya, Bapak mau melatih saya supaya tidak gampang mengeluh. Bapak tidak memperlakukan saya seperti anak kecil yang rapuh dan perlu dimanja karena dia percaya saya sudah dewasa dan mampu berdiri sendiri. And for these I am grateful.

December 24, 2012

Looklet Frenzy Part 2

Brand: H&M

Brand: Minimarket

Brand: Zadig&Voltaire

Brand: Zara

December 23, 2012

Looklet Frenzy

Please just let me..

Brand: Beyond Retro

Brand: D&G

Brand: Hugo Boss

Tags: Studded

Brand: Topshop

November 5, 2012

Babbling

Siapapun yang bilang kalo kuliah itu lebih santai pasti nggak pernah ngerasain enaknya SMA. Saya sekarang lagi UTS, dua minggu untuk delapan makul yang sebenarnya jadwalnya longgar tapi belajarnya ampun-ampunan. Perbandingannya waktu SMA, dengan jadwal UTS yang juga dua minggu dan full setiap hari untuk  mata pelajaran sepuluh, dan saya masih sempet-sempetnya main The Sims sampai pagi buta.

Saya nggak ngerti apa emang jurusan saya yang kuliahnya susah, kapasitas kepala yang terlalu terbatass, atau karena masih maba yang butuh penyesuaian aja makanya sampai sekarang masih kelabakan ngikutin ritme belajar kuliah yang hectic banget.

Kalo nggak UTS pun, tugas-tugas selalu ada setiap minggu dan bikin serba salah, mau dikerjain bingung, mau ditinggal main malah jadi beban. Itu semua belum ditambah tugas tambahan karena ikut kegiatan-kegiatan ekstra. Niatnya mau belajar berorganisasi dan segala macemnya itu, tapi kenyataannya malah sebel sendiri karena ada yang bossy. I mean, seriously. Kesel nggak sih ketika dikasih satu group task tapi kita yang di rongrong buat tanggung jawab sendirian? Dikasih kerjaan yang nggak jelas detailnya tapi deadline nggak manusiawi? Rasanya kayak mau langsung ngedatengin dan maki-maki.
Anyway, lebaran kemarin Babe tinggal tiga hari di sini, lumayan banget akhirnya ketemu lagi dan bisa memperbaiki kualitas hidup. Akhirnya bisa keluar dari kamar kosan yang super sempit dan libur makan ngirit-ngirit.
Saya cerita juga ke dia kemarin sempet jalan ke pusat kerajinan kulit dan kepikiran buat jualan custom made leather bag gitu. Ceritanya cuma sambil lalu aja sebenernya, tapi ternyata dianggap serius sama Babe. Dua minggu setelah lebaran saya dikirimin modal, buat belajar jualan katanya. It successfully scared me. Untuk memenuhi ekspektasi yang sebesar itu, saya nggak yakin bisa. Dulu emang sempet kepikiran mau bikin-bikin scrapbook, since the market is good and I do enjoy making it. Tapi dengan jadwal kuliah yang masih kacau gini, saya nggak yakin bisa bagi waktu dengan baik. It seems like I worry too much now, don't I? But it is a big choice to make. Bukan sekedar jualan onigiri yang modal dan skalanya nggak seberapa lagi. Orang bilang respect itu nggak bisa diminta, tapi diperoleh lewat pembuktian. Tapi ketika pembuktian itu ditujukkan ke orang tua, saya takut sendiri. I do not want to fail him more than I've already had.

On a lighter note, akhirnya saya bisa karaoke lagi setelah sekian lama. Akhirnya bisa nyanyi teriak-teriak lagi dan ketawa-ketawa sampai jelek. Biarpun agak pusing karena playlist kemarin dibanjiri lagu India dan pulang karaoke dapet kabar yang nggak enak, it was so effin fantastic!


November 1, 2012

Gagal Lari

Jadi ceritanya saya lagi males berat sama segala sesuatu yang berbau India. Tanpa bermaksud mendiskreditkan atau rasis, saya sedang anti-antinya sama apapun yang berasal dari negara ini. Ya filmnya, ya lagunya, ya makanannya, semua. Masalahnya saya punya problem akademik yang lumayan menyebalkan dan menyita waktu terkait negara Bollywood ini.

Semesta seringkali tidak adil. Ketika kita berusaha lari dari sesuatu, ia justru mempertemukan kita dengan hal-hal yang kita hindari. Di posisi di mana saya sedang berusaha menghindari segala macam kontak, saya justru seolah dibombardir segala sesuatu yang berhubungan dengan India. Dari mulai sesi karaoke yang berhamburan lagu India, booming singkat dan mendadaknya roti cane di kelas, sampai acara TV yang tiba-tiba muncul dengan tema India.

Ini benar-benar lelucon besar yang amat sangat tidak lucu. Saya mangkel.

October 20, 2012

So there is this one guy...

He's your average-looking kind of guy. Thin, tall, lanky and all gangly limbs. He has no fabulous-looking  Korean hairstyle or something. He's not stylish too, his clothes are plain, his shoes are plain, his bags are plain, and it seems to me that he only has this one jacket to wear anywhere, anytime. He doesn't wear perfume, he doesn't has a deep low voice, doesn't has a broad neck nor a broad shoulders, which are things that I paid attention to the most.

He is ordinary, and he should be nobody.
And yet he is continually impressed me and left me star-struck.

It is the fact that he is so goddamn smart that makes him so... attractive. He is religious, but he embraced his faith with logic and open mind. He has these sophisticated vocabulary that left me gaping in awe every time he open his mouth. He came from a small, uninteresting, in-the-middle-of-nowhere city, yet he knows so much, probably more than those big city mama boys I happened to know. He knows so much, yet he keeps his head down. He stayed low, he talk for the purpose of talking and not flaunting, he respects, and he listens. He is dependable, a born-to-lead kind of guy. He can be a little too straightforward at times, but it's just him being himself.

I've got to admit that it's good to have an object-attraction to spice up those boring days in class, but that's it. That's all he is, an object to entertain the day. Someone to look at and admire from afar. It is more like, a crush? A temporary school-girl crush. I haven't even try to 'kepo' on him, since I'm afraid that knowing him better will banish all those good images of him I built inside my head. Oh, and he is taken already. Not that I really mind, though. Again, I'm not interested on pursuing it.

He is ordinary, and he should be nobody.
And yet he is continually impressed me and left me star-struck.
He got me at 'ciyusmiapah'.


October 19, 2012

Smarty Smarty

Yang bikin jadi nggak cepet beres itu siapa sebenernya? 
Yang pergi di momen yang nggak tepat siapa?
Yang tiba-tiba minta hasil sementara selama ini nggak ada usaha itu siapa?
Selama ini semua kerja keras dan Anda di mana?

That's why I hate dealing with 'smart' people.
The amount of their knowledge equal the size of their ego
Such a pain in the ass.

October 18, 2012

Between You and I


Mengucap maaf lebih dulu bukan berarti lemah
Tidak lalu lantas kalah
Ini bukan bukan tentang siapa yang salah
Namun pikiran yang mampu menelaah
Dan hati yang lebih besarlah
Yang sanggup pertama kali melangkah

..because between the two of us, someone has to be the wiser one and make the first move
or we'll getting no fucking where

October 12, 2012

No, I'm not okay.

It's been such a long time since I post some decent stories here. I simply just don't have the time. And for the first time in my life, I got tired of writing, I loathe writing.


I started to questioning the reason I took this major. I should've know better than to see myself this high. This is exactly not suitable for me. Or perhaps it's the people that is not suitable.
I keep finding myself stuck with those that I'm not fond of like it's my ultimate bad luck or something. The assignments are hard and non-stop. There's too much events to paid attention to. I barely had the time for myself. Those who stayed far away barely had the time to catch up. And when they did, they talked about things that I don't give a damn. It was different, my life here and their life there, and so we won't find things to talk about with.

I left my heart with the memories, that I'm holding onto tightly since the present is so unacceptable. But memories are just memories. It'll fade away. It has began to fade away.

Everything didn't go as I planned. I'm wondering who to blame here. Faith?
Me?

Hello. Fuck You.

Weak and Whiny
Mean and Impatient.
Slow and Undependable.
Egoist and Emotional.
Spoiled and Ungrateful.
Weird and Sensitive.
We hate each other's guts. But you need me. Just like how I need you.
We are what we are now.
Frenemies.

September 26, 2012

Life, So Far.

Things aren't going really well. It's not that I'm being ungrateful, but these are so different from how I thought it will be.
There's no time to breathe. There's no time to sit back and relax, and say I'm free. There's too many events I couldn't keep up with.
I always feel like I'm not good enough, or smart enough, compared with others. I used to prided myself on my writing skill, but now I suffered, even for a simple task as creating a question.
I am weak. Lived in a community with a high standard of life spoiled me. I have never been a good saver, always spending too much on trivial things.
I can't go anywhere I want freely, I need to depend to someone else, and it bothers me.
I found people that I can relate too, who has the same taste, same interest. But it is so hard to get into a 'close circle'. So here I am, stuck with those whom I don't understand. They are different, they're those whom I wouldn't usually hang out with. I'm not being mean, but we just don't have the same rhythm.
People can be really annoying sometimes. They're arrogant, they underestimated, they always talk but they never listen, they're slow and undependable.
Trivial things annoyed me real bad. Slow internet connection, room that didn't cleaned properly, dirty laundry, and other things that I don't usually had to worry about.
I miss my father, but he's so goddamn busy he barely even called. It's been too long since the last time I saw him. Even when I spent a short time at our hometown, he was home only for what? A week? I do understand that he has a lot of things to do right now. But is it so hard to spend just one day, one night, to visit me here?
I am here for Her. I never knew what She wanted me to be. And here I am, hoping that going into the same place as She was, will be enough to make Her proud. But I'm struggling here. There are some place here who holds a lot of memories of the happiness I don't own anymore, and going there always left me emotionally drained.


I fear the future. I fear the time when I will be left alone here, with no one to share daily stories with, no one to accompany in lonely nights, no one to eat together with, no one to make this strange place feels like home.

Up until now, I haven't found anyone I want to take pictures with.
There's no one worth the memories yet.
Will there ever be?

I beg you, please stay.

September 16, 2012

Too Many

There are too many strangers
Feel like I can't even breath without being judged
There are too many strangers
While the close one is too far to reach
There are too many strangers
And this is a completely different place, different life

There are too many strangers
They are everywhere
 
I am suffocating


August 3, 2012

When You're Alone...

When you're alone and not in your comfort zone anymore, 
you'll realize you are not as strong as you think you are.

---------------------------------------------------------------------

Saya bicara berdasarkan pengalaman pribadi. Setelah sebulan kemarin untuk pertama kalinya tinggal sendiri, jauh dari orang tua dan kenyamanan, akhirnya ngerasain sendiri betapa susahnya untuk belajar mandiri.

Beberapa hari pertama semua masih fine-fine aja. Saya masih excited banget akhirnya bisa ngekost sendiri, me-manage hidup sendiri, nggak diatur-atur lagi, sepenuhnya bebas. Saya bisa tidur jam tiga pagi, bangun jam dua sore, nyobain makanan-makanan aneh seenaknya, dan keluyuran sampai malam tanpa ada yang ngomelin. It was paradise, and I am happy.

Seminggu kemudian, mulai jenuh juga sendirian terus. Pergi ke mana-mana sendirian, setiap hari harus pergi untuk sekedar cari makan, keuangan harus diatur bener-bener biar akhir bulan masih bisa hidup layak, setiap hari ketemu orang-orang baru dan harus mulai basa-basi dan kenalan dari awal lagi, begitu pulang ke kost bukan disambut orang malah ditunggu cucian yang numpuk. Rasanya merana banget apa-apa harus sendiri.

Klimaksnya sih biasanya pas satnite. Semua serba salah, mau pergi jalan sendirian kok kayaknya bakal mati gaya karena di mana-mana orang ada temennya semua. Mau di kost aja kok berasa miris banget hari Sabtu gini cuma duduk di kamar makan nasi bungkus. Mau chat atau telepon orang kok lagi pada pergi semua nggak ada yang available. Intinya merana total pokoknya.

Yang lebih susah lagi kalo kita tiba-tiba sakit. Entah sekedar flu, batuk, demam, diare, atau sampai tifus dan DBD, yang namanya sakit itu nggak enak. Sakit dan sendirian, itu sejuta kali lipat lebih nggak enak. Kebayang nggak, yang biasanya kalo kita sakit di rumah disayang-sayang, diurusin, dianterin ke dokter, sekarang buat makan aja harus usaha sendiri. Nggak peduli mata kunang-kunang, kepala seberat gajah, dan badan menggigil, kalau mau makan ya harus keluar cari sendiri. Mau beli obat pun gitu, butuh perjuangan dulu.

Akhirnya, kita bakal mulai mikir, ternyata untuk mandiri itu nggak gampang. Hidup sendiri, jauh dari keluarga, itu nggak melulu tentang bebas keluyuran, bebas pulang malam, bebas ngapa-ngapain. Hidup sendiri itu juga belajar tanggung jawab, belajar susah, belajar ngurus diri sendiri. It's true that there's no one will tell you what to do anymore. But there's also no one there to care for you like your parents do. Then, you'll start to miss everything. Mulai homesick, mulai pengen pulang, mulai kangen diomelin lagi sama orang tua, mulai rutin minta ditelepon setiap hari, mulai kangen temen-temen yang lama, bahkan mungkin mulai nangis sendirian meratapi nasib. You'll realize, you are not that strong after all.

Tapi, setelah fase-fase galau itu lewat, biasanya kita bakal mulai mikir. Kita nggak bisa selamanya seperti ini. You're an adult now. You're on your own, and you are responsible for your own life. Nggak bisa selamanya mengandalkan orang lain, nggak bisa selamanya bergantung sama orang lain, nggak bisa selamanya menyalahkan keadaan. Being strong, or not, is a matter of choice. Either you choose to sit down and sulk, or steel yourself for whatever life might throw at you. Sesekali nangis sih wajar kok, selama masih ingat untuk berdiri lagi.

Karena kita masih punya janji-janji untuk dipenuhi. Dan masih ada orang-orang yang harus dibuat bangga.

-------------------------------------------------------------------------------------------------
 
You'll be alright, dear. You'll be fine. You'll survive, and you always will. It is hard now, I know. But this is just the beginning, right? It gets better, deary, you know it will. You are not alone, you know that. I'm all ears, you know you just have to ask.

August 2, 2012

No, Not A Good Start

Saya udah bilang belum saya sekarang udah kuliah? Well, belum resmi mulai kuliah sebenarnya, masih mahasiswa baru yang menunggu ospek. But still, sekarang saya udah mahasiswa. Time flies by so fast, huh?

Anyway, mulai kuliah berarti lingkungan baru, orang-orang yang baru, awal yang baru. Antara excited dan anxious juga sebenarnya. Memulai dari awal lagi itu nggak mudah. Kenalan lagi, basa-basi lagi, membuka diri lagi, beradaptasi lagi dengan hal-hal baru. Yes, it is exciting, but sometimes it can be tiresome too, don't you think?

Yang paling berat buat saya adalah pergi. Jalur pendaftaran saya mengharuskan saya ikut proses orientasi satu bulan di universitas. Which means, saya harus stay satu bulan di kota yang baru, tinggal sendiri, dan me-manage diri sendiri. Awalnya saya pikir bakal enjoy, bakal seru, karena saya emang semangat banget mau jadi anak kos. Tapi, setelah dijalani ternyata emang nggak semudah yang dibayangkan.

Kepindahan saya yang mendadak memang bikin preparation saya nggak komplit. Saya masih belum lancar nyetir, belum lancar nyuci baju (yes, saya nggak pernah cuci baju seumur hidup saya sebelumnya, how pathetic huh), belum sempat menyelesaikan art project saya, belum ngapalin jalan, belum sempat beli ini-itu buat kebutuhan hidup di sana, dan segala macam 'belum-belum' lainnya.
Tapi yang paling nyebelin, adalah karena saya pergi di waktu yang nggak tepat. Ketika saya berangkat, temen-temen saya yang merantau les di luar kota baru pada pulang. Tapi, begitu giliran saya yang akhirnya pulang, mereka justru sudah harus pindah ke kota masing-masing, dan saya cuma punya waktu satu-dua hari untuk ketemu. It sucks, seriously. Saya dongkol bukan main dan cuma bisa mewek sendirian. Satu bulan waktu saya kebuang sia-sia, untuk program yang sebenarnya sekedar formalitas dan nggak terlalu bermanfaat ini. Sementara kalo saya di rumah, ada begitu banyak, b a n y a k, kegiatan yang lebih produktif yang bisa saya lakukan. Saya nggak bisa cukup ngegambarin betapa marah dan helpless-nya saya waktu tahu saya nggak bisa ketemu satu sahabat saya lagi karena selesainya program saya barengan sama waktu dia pindah ke luar kota.

Saya sampai sempat mempertanyakan, bener nggak sih saya milih untuk kuliah di sini. Kayaknya semua orang yang saya kenal bakal satu universitas atau satu kota sama sahabat-sahabatnya. Mereka bakal ketemu lagi, mereka nggak sendiri. Saya? Saya di sini cuma berdua, kemungkinan bakal jadi sendiri kalau temen saya jadi pindah tahun depan. Siap nggak sih saya bener-bener mulai dari awal lagi, tanpa bergantung sama orang lain? Saya udah ngerasain gimana susahnya harus mulai sendirian tanpa punya siapa-siapa, dan itu nggak mudah. Dan sekarang, saya sudah memulai dengan banyak rasa nggak suka ke lingkungan yang baru ini. And someting with a bad start usually have an ugly ending, isn't it?

Satu sahabat saya pernah dateng ke kota saya yang baru. Cuma sebentar memang, dan kita cuma punya satu hari untuk ketemu. But that was the happiest moment I've had in a month. Bukan karena jalan-jalannya, bukan karena nonton filmnya, but the familiarIty, the feeling of coming home. Setelah berhari-hari dihabiskan dengan orang-orang baru, bisa bertemu lagi dengan seseorang yang dekat, yang familiar, yang punya ritme yang sama, yang bisa ngobrol dan mentertawakan hal yang sama, that was the best gift the universe has given me. Dan saya nggak bisa bayangin kehilangan semua itu.

Tapi, setelah dipikir-pikir that is how life is, right? It sucks sometimes, it is not all sunshine and sweet things. Sometimes you've got to taste the bitterness of the universe, and it is always hard to walk alone. Hidup nggak selalu berjalan sesuai yang kita mau, dan ketika takdir membawa kita ke jalan yang salah, kita nggak selalu bisa putar balik. Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah jalan terus. Mungkin akan jatuh, mungkin akan luka, dan tidak kembali tanpa cacat. Tapi setiap langkah yang kita jalani itu, mudah-mudahan punya arti. Mudah-mudahan semesta melihat, dan memberi balasan yang pantas.

July 26, 2012

Oh. Wow

It hurts a little. You see, you wasn't even there when it was my day. Some stupid reason of family matters bullshit. And after months has passed, I got nothing return. And what did you do to them? All that glorious things and efforts, while you left me nothing. It hurts. A lot.

And here I thought you're better than that. And here I am crying over you, spending so much time and so much efforts for you.

The glass is not half full anymore.
It's empty. And broken.

July 18, 2012

My Dearest

I am sorry that everything didn't go as we planned. I am sorry I wasn't there for you. I am sorry I couldn't do anything to make it better. Those (hopefully) comforting words, those endless 'how's, those seemingly annoying chats, that's all I have to show you that I care. I am sorry for your tears, but you've done so well and you've tried so hard. There's no need to be so hard on yourself.

I'm being overly dramatic here. But damn you had no idea how worried I was. I was helpless, and it pained me. This is hard, I know. But, please be strong. There will be light at the end of the tunnels, you just need to walk a little further.

Then you'll be alright. I'm sure you will.
Because all is well.

May 19, 2012

It's Just a Little Shit Talking, Nothing Important

One day after my prom, I went for a one-night-and-two-days trip to Lampung. With my father. By train. It was an okay trip I guess, considering I was so gloomy back then, with prom, graduation, my friends went away one by one, and all that stuff. The trip was proven to be good to me. It gave me time to put my thoughts and feelings in order.

I was on my way to a beach when I saw a local man riding his bike carrying two cages of birds. Supir kita bilang burung itu ditangkap dari hutan di sekitar pantai, nantinya untuk dibawa ke kota, dijual. Bapak saya bilang burung seharusnya dibiarkan terbang bebas, bukan dikurung dalam sangkar. Dia cerita gimana koleganya yang pelihara burung pasang jaring-jaring pembatas, seperti yang biasa kita lihat di kebun binatang, di halaman rumahnya, supaya burung-burung peliharaanya bisa terbang bebas. It sounds like a good idea, huh. Tapi bukankah itu cuma sangkar yang sedikit lebih besar? Dia cuma memberi burung-burung itu lahan yang lebih luas untuk terbang, membuat mereka berputar-putar di tempat yang sama lalu menyebunya kebebasan.

Menurut saya kita, manusia, selalu punya tendensi untuk memiliki, mengklaim sesuatu. Mungkin karena kita makhluk-makhluk kecil di dunia yang terlalu besar dan membutuhkan sesuatu untuk meyakinkan diri bahwa kita superior. Bahwa meskipun kita tidak selalu bisa mengatur segala hal, kita bisa memiliki apa yang bisa dimiliki. Dari binatang peliharaan, uang, pakaian, rumah, pasangan, hingga kepercayaan. Kita punya begitu banyak alat untuk menunjang eksistensi kita di dunia, mengklaim segala sesuatunya, sehingga kita lama lupa bahwa kita lahir tanpa punya apa-apa. Kita lupa semua yang kita punya tidak selamanya ada. Dan ketika kita dilucuti dari semua itu, kita pincang.

Berapa banyak politisi yang jadi gila ketika gagal punya jabatan dan jadi kaya? Berapa banyak perempuan yang bunuh diri karena lelakinya lari entah ke dunia bagian mana? Berapa banyak pemuka agama yang ngamuk ketika kepercayaannya dipertanyakan? Berapa banyak keluarga yang tidak lagi bersama karena ribut masalah harta? Kita berpegang pada hal-hal yang kita punya kuat-kuat, mempertahankannya sepenuh hati, tapi untuk apa ketika nantinya semua itu pun tidak bertahan selamanya?

Mungkin kita mencari sesuatu untuk dimiliki, untuk dijadikan pegangan. Alasan. Sesuatu yang kita lindungi, yang dijaga dan dipertahankan. Mencari kegiatan, supaya tidak jadi seonggok daging dan tulang ngalor-ngidul di muka bumi tanpa punya apa-apa, tanpa tahu mau ngapain.

Saya nggak tahu inti dari postingan ini apa. Saya juga nggak tahu dari tadi saya ngomong apa. Semua ini cuma ocehan abal-abal bocah ingusan yang sebal melihat burung dalam sangkar. Jangan dianggap serius. Saya cuma membual.

May 16, 2012

Cleaning Up

So I've removed many posts here, leaving only thirty-something left for you to read. It turned out that I love this blog too much to actually shut it down. I felt like cheating though, removing all those old posts. But it's necessary. And it's a good change too. Now you didn't have to read all those silly, emo, and alay posts huh? :)

May 12, 2012

Random Thoughts

I've been thinking of shutting down this blog. Like, making it private or something.

I just found out that there's a 'whistle blower' that read these things I write here. It's not that I am ashamed of what I write, no. It's just that, these posts, these thoughts of mine, well let's just say that they are not something that the whistle blower & friends will agree with.

So yeah. You see, I hate unnecessary conflicts. My thoughts are unconventional, yes. And it sure will cause a mess when the whistle blower tell his friends about it. And to prevent that, I think it'll be best if I just shut down this blog.

I still don't know what will I do though. Either change my address, delete old posts, or simply shut this down and make it private. There will be a few changes, definitely. And I won't post anything until then.

April 29, 2012

Kembali

Mimpi adalah jalan untukku kembali padamu yang telah pergi
Dalam realita yang kurajut dari keping-keping asa, aku menemukanmu yang lama hilang
Tangan yang lama menggenggam hampa kini mampu merengkuhmu meski semu
Hati yang lama sepi kini hidup kembali meski dibatas durasi
Aku menemukanmu kembali meski dalam mimpi
Namun semua ini rapuh, simpul-simpul yang kujalin tidak bertahan abadi
Kadang mesti kuakhiri perjumpaan meski seluruh serat tubuhku masih rindu berpeluk
Maka ketika yang tertinggal hanya kenangan samar akan pertemuan sementara, aku lara luar biasa
Jadi kunanti ketika pekat menyergap mematikan rasa dan tak lagi terjaga
Di sana sekali lagi kutemukan jalan kembali padamu yang lama tak kujumpa
Sampai saat itu aku akan sabar menanti
Sampai nanti bertemu lagi
Dalam mimpi atau mati


(Untuk mimpi yang membawa harapan semu. Karena terbangun dan meraih dalam gelap untuk sesuatu yang tidak kembali, bukan hal yang bisa dinikmati)

April 18, 2012

A Birthday That Will Never Be

Happy 51st Birthday

I miss you more than anything


I wish I could still say that to you


Published with Blogger-droid v2.0.4

April 8, 2012

Random Talk

It's Sunday night, and Sunday nights always suck. I mean, it's the end of your weekend, tomorrow is Monday, and everyone hates Monday for the obvious reasons, so yeah Sunday nights suck.
Anyway.
I'm not going to write anything important in this post, just scrapes from my daily life so you can skip this if personal entry isn't your thing.


So I have this recent addiction to StumbleUpon. This app is just perfect! I can spend hours just browsing through their pages. I currently have 113 interests, and yes I know that's a lot but I just can't help it! There's just so many fascinating things you can find on the internet, and I just want to see it all, as much as possible.
My username is ollapalooza. You can follow me, or not. Because I don't really care cause it ain't twitter.

Another thing that I'm addicted to is Ellen Degeneres Show. Here in my country, the most popular talk show host is perhaps Oprah, because her show aired on one of our national television channel. Ellen Show is not available here, and it's understandable of course, with my country being somewhat conservative and (pretend to be) religious, while Ellen on the other side being openly lesbian celebrity and her open support on equality for same-sex couple. I won't talk about this issue here, because I have seriously long opinions about this matter, but I just wanna said that I do support LGBT. I'm not one of them, but I support equality for all human being regardless their sexual preferences. And I do think that people who think otherwise are hypocrite. But that beside the point.
The Ellen Show is amazing! Once you watch one video, you just can't stop watching for more. Ellen Degeneres is probably the funniest, kindest, most amazing woman in the world. Or in the entertainment industry. Yeah, whatever.
Anyway, she's really great. She's a great interviewer, she does stand-up monologues, she helps many schools in need, she has the greatest and funniest games ever, and she gives out the most amazing gifts to her audiences. Just go ahead and watch her on YouTube.

I'm also currently in love with Doodle God. It's a puzzle game for smart phones and computer. You play it by combining available elements in order to get new elements. For example, if you combine Earth and Fire you'll get Lava. When you put Human and Knowledge you get Book, and so on. There are many other games that similar to Doodle God, like Doodle Devil, Doodle Farm, Alchemy, and Inceptio, and they're all addicting! Well, but this is just me and my taste on, what my classmates said, 'mengasah otak' games.

My last addiction is, surprisingly enough, Big Bang. It all started when one of online journal that I follow wrote about Fantastic Baby MV. Now that my liking towards Kpop only limited to Super Junior and DBSK, I usually refuse to pay attention to any other groups. But with this recent condition about soon-to-be-held SS4 INA and how I can't watch it (Yes, I won't. Let's not talk about it. It huuuuuuurts), I think listening to other group might help me get over it. So I watched the MV, and I like it, and it stuck on my head for days, and then I started to watch some more. Variety shows, solo project, CF, documentary, the usual. And I enjoy it. Some of their songs are a bit too flashy for my liking, but aren't the boys fun to watch! I fell for GD instantly, but T.O.P is hilarious. That sneaking-part on Strong Heart? I literally rolling on the floor, laughing my ass off. Oh, and yesss he's unbelievably handsome too, damn it. And that voice is just so...
Oh, and GD & T.O.P did a song with Pixie Lott. Yes, the amazing Pixie Lott. For real. The song's called Dancing On My Own. I really like it. I love Pixie Lott, and for her collaborating with GD & T.O.P that's just plain amazing. And the boys' English is so good I'm amaze.
Someone already uploaded it here.

April 5, 2012

Dua Satu

Betapa mudahnya, sekita sekalian
Bersama sama menjadi bodoh aneh dan bersenang senang
Karena kita muda dan hanya bercanda

Betapa biasanya, seaku sekau sekalian
Pergi mendekap dan berbagi tangis
Lalu balik mencaci kata pada kata
Kemudian terbahak
Dan mendekap
Lalu menangis
Lalu mencaci
Kemudian terbahak
Karena kita muda dan tidak peduli

Semua ini semu
Kita rapuh dan kita tidak selalu satu
Tapi tak apa
Karena kita tak pernah ikrar ini kekal

Karena tidak kita bawa sisa sisa rasa
Dan tak kita cari janji janji masa
Kita hanya ada
Detik ini
Di sini

Kita adalah janji janji yang ingkar
Kita adalah lara yang disimpan sendiri
Kita adalah bisik bisik tanpa nyali
Kita adalah nyawa selama catur dan sapta
Tapi tak apa

Kita muda
Kita tertawa
Dan kita acuh pada dunia

Babbling : Social Media

Semua pasti tahu Instagram. Photo sharing application yang tadinya eksklusif untuk pengguna iOS ini sekarang udah bisa di download gratis di Android Market. Kabar-kabarnya sih banyak iPhone owner yang nggak suka. Kalo saya sih karena bukan iOS user ya seneng-seneng aja dapet Instagram, langsung berasa gaul beudzz gitu.

Instagram sebenernya mirip banget konsepnya sama Tumblr, tapi lebih simple, lebih user friendly, lebih populer, tapi lebih menyeramkan.
Instagram yang tadinya saya kira artsy community macam Tumblr ternyata lebih mirip Twitter dalam versi photo sharing. Fungsi utamanya sebagai tempat share foto kayaknya udah mulai berubah jadi sarana untuk kepo bagi sebagian orang.

Biarpun kepo itu seru, agak seram kadang ketika mendengar orang mulai menggosipi foto-foto di Instagram orang lain. Yang si A post foto boneka dibilang sok imut lah. Si B post foto tas-tas branded dibilang fotonya hasil search di Google lah. Si C post foto liburan di Jakarta dibilang norak lah. Si D post foto lagi berbikini dibilang nggak punya malu lah. Komentarnya adaaa aja, and it never stop to amuse and scare me at the same time. Yang tadinya mau ikut-ikutan post foto di Instagram jadi agak segan.

Beda sama Tumblr. On Tumblr, I'm free. I'm anonymous. There's so many people, and no one give a damn on who you are, what your real name is, where do you live, how pretty or how rich you are as long as you keep posting things that worth reblogging for. People will follow you because they like your posts, and not because you ask them too or because they want to peer into your life. On Tumblr, when someone follow you, it actually mean they're following you as in admire you, and not spying on you.

Yes I love Tumblr so very much. Tapi bukan berarti saya nggak pernah ngerasain nggak enaknya. Saya pernah post tulisan, isinya pendapat pribadi tentang satu accident di Kpop fandom.Tiga puluh menit setelahnya, inbox saya penuh dengan berbelas-belas hateful comments dari fans-fans si Kpop group ini. Semua bilang mereka nggak setuju sama post saya. Beberapa menyampaikan keberatannya dengan baik-baik, sopan, ditambah emote senyum. Tapi kebanyakan justru marah-marah heboh, saya dibilang stupid lah, idiot lah, nggak bisa mikir lah, nggak punya otak, super dumb lah.

Social media semakin ke sini makin canggih. Yang dulu cuma ada Friendster sekarang kita punya Skype. Yang dulu main Wordpress sekarang pindah ke Pinterest. Foursquare, Path, Omegle, Facebook, Twitter, YouTube, social media berkembang terus mengakomodir keinginan kita untuk berinteraksi. Ketika satu social media mati atau mulai sepi, akan muncul yang baru dengan kemampuan yang lebih mumpuni. And we will love every single one of them. Because social media fulfill one of our basic needs as human. Attention.

Yang jadi masalah adalah kadang kita nggak bisa ukur perhatian yang seperti apa yang bakal kita terima dari hal-hal pribadi yang kita share ke publik. Maksudnya post foto karena seneng bisa liburan ternyata malah dikomentari kampungan. Posting tulisan yang sebenarnya pendapat pribadi ujung-ujungnya malah di-bash. Sibuk check-in di Foursquare dibilang berlebihan. Nge-tweet curhat dibilang lebay. 

Akun-akun yang kita punya di Twitter, Blogspot, Facebook, dan seabrek social media lainnya tujuan utamanya kan memang untuk share news and our personal info. Lantas ketika hal-hal yang kita share ke publik itu justru mengundang komentar negatif, konflik-konflik nggak penting, dan perhatian yang nggak diinginkan, gimana? 

Berapa banyak yang orang lain perlu tahu tentang kita, atau sebaliknya?
Kenapa mereka perlu tahu, dan kenapa kita perlu tahu?

Social technologies created a world of always-on connection, endless social interactions, and over-sharing. Whether you're going to swim along the wave or just sit on the side and watch, it depends on you. Just remember to swim and to watch smartly.



“We have invented inspiring and enhancing technologies, yet we have allowed them to diminish us.” - Sherry Turkle





April 4, 2012

Dreams Do Come True

Teenagers itu wajar galau. Sering nggak bahagia, selalu merasa kurang, merasa nggak dimengerti, merasa sendirian in this wide wild world. Wajar, semua pasti pernah ngalamin.

Buat saya dan mereka yang sekarang di tahun terakhir SMA, saat-saat sekarang ini adalah momennya galau maksimum. Mulai dari galau-galau standar tentang pacarlah, galau mau pisah sama temenlah, galau mikirin UN, galau mikirin kuliah, galau mikir kedepannya ke mana, mau ngapain, mau gimana.

Planning the future itu sulit. Keinginannya ada, mimpinya ada, niatnya juga ada. Tapi kenyataan dan keadaan yang kadang justru nggak sesuai.

Kita bermimpi jadi arsitek. Melihat bangunan-bangunan indah yang dibangun dari mimpi membuat kita ingin ikut membuat satu. Tapi ternyata kita nggak punya bakatnya, atau nggak lulus-lulus, atau lulus dengan hanya membawa gelar dan sketsa-sketsa dan mimpi yang makin basi.

Kita bermimpi berkeliling bumi. Dengan modal peta, ransel, kemampuan bahasa yang sepas-pasan uang di tabungan, dan hati yang memimpikan keajaiban, kita berangan-angan bisa melihat dunia. Kita mau mengecap, merasa, melihat, dan mendengar keindahan semesta.
Tapi jarak tidak bisa ditempuh dengan mimpi. Jarak harus dilewati dengan membeli,dan untuk membeli harus punya materi. Maka kita mencari, mati-matian mengumpulkan pundi demi pundi. Sampai akhirnya kita mati, dengan tabungan yang baru setengah terisi, sisanya untuk menyimpan mimpi.

Bad things happened, because life isn't always a happy ending story like Disney movies. Kadang meski kita sudah mengupayakan semampunya, we still can't get that glass slippers. We die instead, like Snape Or we survive, but with a price to pay, like Harry. (forgive me for this sudden Potter reference, just start re-reading it, and gosh isn't it the best series we've ever had?)

Semua boleh punya mimpi. Semua harus punya mimpi. Tapi semesta juga boleh menentukan mana yang akan ia jadikan nyata.

Ketika orang bertanya rencana saya ke depan, saya mau kuliah di Jogja. Kalo memungkinkan saya mau belajar bikin uang. Saya mau cepat lulus. Saya nggak mau buru-buru nikah. Saya mau married di saat yang tepat dengan orang yang tepat, meskipun harus nunggu sampai empat puluh. Saya mau kerja di luar negeri biar sekalian bisa jalan-jalan dan melihat dunia dari sisi yang berbeda. Saya mau ikut charity work. Saya mau punya rumah sendiri, dengan dapur yang fantastis dan kamar sekeren kamar bikinan saya di The Sims. Saya mau keliling dunia.

And I want to be a mother. I will teach my children equality and respect. I'll show them kindness and love and passion. I'll let them dream. I will show them wonders of the world. And I'll tell them that dreams do come true.

Those are my dreams. We'll see wich one do come true. Dan kalaupun nggak ada yang 'come true', saya yakin akan ada kebahagiaan-kebahagiaan lain dari semesta untuk saya.
Those are my dreams. What are yours?



Published with Blogger-droid v2.0.4

April 1, 2012

The same dream, over and over again

Is this another sign, Almighty?

That someone is going to die again?

I abandoned Your signs before.

And look how I regret it all the time.


Is this another sign, Almighty?

Cause I'm not smart enough to solve your riddles.


Published with Blogger-droid v2.0.4

March 23, 2012

The Hunger Games is amazing. Period.


Just came back from watching The Hunger Games, and loving every minute of it. This movie is amazing. Period.
I've read the book, thrice. And every time I read it, I still felt the goosebump like the first time I got into this trilogy. I've cried and got scared by this book like never before, simply because this book is amazing. Imagine how excited I was when the news about the upcoming movie surfaced. It's a long time waiting, digging information and photos like crazy. Now that I've watched it, I've no regret. AT ALL!

Buat yang baca novelnya, filmnya jelas memuaskan.
Jalan ceritanya setia sama novelnya. Alurnya pun pas, runtun, jadi yang nggak baca bukunya pun bisa ikutin. Semua part-part penting ada dan sama, sesuai deskripsi novelnya, Kalaupun ada pemotongan, penambahan, atau perubahan sedikit-sedikit disana-sini juga nggak mengganggu cerita.
Yang agak kurang menurut saya, adalah penekanan bahwa Hunger Games ini... brutal? I mean, setiap tahun anak-anak harus mendaftar untuk ikut kompetisi dimana semua akan saling bunuh, for real. Ada yang mati dehidrasi, mati beku, mati kelaparan, mati gosong, digorok macam sapi, bahkan ada yang jadi kanibal karena gila. And yet, setiap tahun Hunger Games wajib diperlakukan selayaknya festival, harus dirayakan, dan wajib ditonton semua orang di semua distrik. Orang-orang dipaksa melihat keluarga, teman, kenalan mereka mati di televisi, sebagai hiburan. Ironi itu, rasa jijik dan helpless itu, yang menurut saya lebih berasa kalo kita baca sendiri bukunya.

Anyway, penggambaran keadaan di distrik-distrik yang miskin sampai ke Capitol yang maju dan modern bagus. Dan kostum-kostum sama makeupnya orang-orang Capitol itu gila. Baguuuuus, unik, ajaib, aneh, pas sama penggambaran di buku dan bayangan saya. I wonder how much those costumes cost though....
Saya pribadi puas sama tokoh-tokohnya. Jennifer Lawrence pas jadi Katniss, galaknya dapet, nggak luar biasa cantik tapi menarik, nyebelin dan selfishnya ada, tapi tetep bikin simpatik. Saya awalnya agak gak suka Josh Hutcherson jadi Peeta, nggak sesuai bayangan saya soalnya. Tapi ternyata justru pas. Effie, Caesar Flickerman, Foxface, Rue, Cato, Clove, Glimmer, Rue, Tresh, semua pas. Oh, and I love Cinna. Awalnya memang nggak kebayang kalo Cinna itu berkulit hitam, tapi begitu tahu yang main Lenny Kravitz and he turned out great, no I'm not complaining. Oh, and I looove that they didn't forget Cinna' gold eyeliner. Haymitch-nya juga pas mabuknya, nyebelinnya, sekaligus how he actually try to help Katniss.

Yang bikin sebel itu Gale. Why Liam Hemsworth, why??? He's way too handsome its not fair! I used to support Peeta, and now look how I wish Katniss ended up with Gale.
Saya suka semua soundtracknya (kecuali lagunya Taylor Swift, sudah pasti. Yuck) Favorit saya jelas the four-notes Rue's Whistle. It hardly called a song though, tapi sebagai salah satu bagian paling ikonik dari ceritanya, it's perfect. That 4 notes is haunting, sad, and yet beautiful.

Bagian bunuh-bunuhannya juga pas. Walaupun sudah di tone-down dan less brutal dibanding bukunya, menurut saya malah lebih pas untuk konsumsi grafis. And personally, I felt grateful  they didn't mention details about the mutts, and how they're all actually created from the dead tributes' DNA. I hate that part, it's sad, immoral, and disgusting.
Filmnya sendiri jelas punya beberapa kekurangan dibanding bukunya, misalnya :
- The three-fingers salute. Di filmnya cuma digambarkan sekilas, cenderung aneh, meaningless, dan mungkin malah lucu. Di bukunya, momen ketika semua orang di distrik memberi hormat ke Katniss digambarkan 'sakral', dan bahwa ada arti dibalik gerakan tangan yang nggak biasa itu.
- The Mockingjay. Baik pin dan burungnya, filmnya kurang sukses menyampaikan pentingnya peranan si Mockingjay ini.
And I don't know if it's just me, tapi rasanya filmnya kurang kasih lihat bahwa Katniss itu cuma pura-pura cinta ke Peeta. Sebaliknya, rasanya justru seolah-olah Katniss akhirnya suka dan beneran peduli ke Peeta. Not that I'm complaining, though. I do hate that side of Katniss, and I'm glad that the movie made her more... likeable.

Anywaaaaay
Intinya film dan buku adalah dua media yang berbeda. Mencoba membandingkan keduanya adalah percuma. Lebih baik dinikmati aja dua-duanya, sebagai dua penyajian yang berbeda, dengan kelebihannya masing-masing.
As a movie, The Hunger Games did an extremely good job. I was left mouth-gaping, and it will haunt my mind for days, for sure.

March 19, 2012

The one with the simplest mind


That man up there is Tablo. He's 32 years-old, married, father of one, and couldn't be considered handsome in any sort of ways.
But he's a damn good rapper from the mighty Epik High. He writes damn good songs with lyrics that simply stunning. Oh, and he's a Stanford University graduate.
Behind that, well, not-so-good-looks, there's a man with unbelievably amazing talents who writes words like a wise man. And that made him much more attractive than those muscular-six packs hunks.

Anyway....
Some things happened to me these past few weeks. Things that remind me to see and not to judge. Things that changed my point of view and made me learn.

I learned that the one who talk the most are the one who lie the most.
I learned that the one with the most venomous words is the one who throw the sweetest word.
I learned that the selfish one is surprisingly the one who care the most.
I learned that the stranger is the one who understand the most, while the closest one is the one who doesn't give a shit.
I learned that the smartest isn't always honest.
I learned that the one who joke the most is the most responsible one.
I learned that the arrogant one is the one with the biggest pressure
And I learned, that the one I used to underestimate. the one that I thought not good for anything, the one that irritate me the most, are the one with the kindest heart.

And I remembered, that the one who had the simplest mind is the one who had all the answer.

February 7, 2012

Masih

Saya cuma mau minta waktu. Sebentar. Sekedar untuk membagi detail-detail kecil yang hampir basi saking lamanya tidak bicara. Tapi dia malah diam. Dilihat lalu dibuang. Sebegitu sibuknya kah? Sebegitu tidak pedulinya? Ini bukan basa-basi, melainkan krama yang tepat. Saya bukan kamu yang bisa sekian lama tidak saling sapa lalu tiba-tiba datang dengan sejuta lara, bicara tanpa membuka telinga seolah saya tidak punya asa sendiri untuk dibagi. Keterbukaan itu penting, tapi manusia tidak bisa serba lugas. Tutur kata harus tahu krama, dan basa-basi bukan dosa selama tujuannya karena peduli.

Ketika mereka bertanya mengapa kalian begitu berjarak, yang salah bukan apa yang kalian cerna, melainkan seberapa tinggi kalian meletakkan kepala dan harga diri. Kebanggaan yang berlebihan itu yang memuakkan. Seberapa hebat kamu pikir semua angka itu ketika nyatanya tak satupun di luar sana yang peduli? Ketika tak ada yang ingat namamu bahkan ketika mereka bertepuk untukmu? Tidak punya arti semua, ketika nyatanya tak satupun di luar sana yang peduli.

Ketika mereka bertanya mengapa kalian begitu berjarak, yang salah bukan apa yang kalian cerna melainkan seberapa tinggi kepala itu kau tengadahkan.
Padahal langit itu tinggi. Masih terlalu tinggi.

Va te faire foutre, enculé