February 4, 2013

Cravings and Recent Addictions

Jump From Paper Bags
Travel Fever & First Date via Jump From Paper
Aren't they awesome?! Pertama kali aware sama tas ini waktu lagi liat-liat barang di olshop. Pas liat fotonya sempat bingung, kirain tasnya di-Photoshopped atau apa, ternyata memang desainnya yang 2D gitu. Dari hasil browsing gambar dan video untuk referensi, kayaknya tasnya sih nggak bisa muat banyak jadi bakal kurang practical untuk kuliah dan dipakai daily. But, seriously, they're so unusual, so eye-catching, I'm practically drooling over them.

GD One of A Kind Galaxy S2 Case
via Tiny Trinket
I adore G-Dragon, who wouldn't anyway? And I just can't stop listening to One of a Kind. Saya juga suka banget sama MV-nya, in which he dance and move so "GD-ly". And thus this desperate needs to own this phone case. A phone case with big bold "ONE OF A KIND" written on it bakal jadi self-statement yang keren banget nggak sih. It's like you're proudly declare yourself as a weirdo, a 'one of a kind', and people who dislike the fact can't just go f themselves.


Jaejoong - MINE
via Seoulbeats. Check this link anyway, they wrote a very thorough and detailed review of this MV.
I love Jaejoong, I really am. And just like Heechul, saya selalu merasa konsep Kpop yang manis dan serba adorable itu nggak cocok buat Jaejoong. Sure, he is one of the most handsome idol out there, he also has this beautiful voice dan untuk sekian lama bawain lagu-lagu ballad dengan sangat baik. Tapi kalau boleh sok tau, I don't think he is meant to be the sweet prince charming-type. I mean, seriously, this guy used to had a goddamn nipple piercing. And he has like tons of tattoo. He's meant to be a badass. And that is why saya cinta banget sama MINE. This is the image Jaejoong should have all this time. It feels right, it feels like 'him', and he looks so great anyway! Suaranya Jaejoong itu pas banget nggak sih buat lagu-lagu goth rock gitu. I can't help but wonder, kalau JYJ debut di Jepang dengan aliran J-Rock gitu pasti dashing banget. All three of them definitely have the look, the voice, and the attitude to be a rockstar. Anyway, MINE is a great song with a great MV. I'm not officially a Cassie, but I am proud to see this new image of Jaejoong as a soloist.
p.s : I've just listened to his mini album. I LOVE IT! The songs are great! What an amazing comeback, this is EPIC!


Hungry Asian and Matte Nail Polish
Saya punya kecintaan nggak normal sama nail polish dari SD. Beberapa waktu yang lalu ketemu temen lama dari SD, dan dia juga ternyata masih ingat gimana saya berulang kali diomelin guru karena kukunya warna-warni. Anyway, semakin menjamurnya nail art dan nail polish sekarang ikut memunculkan beberapa brand-brand nail polish indie dengan produk-produknya yang lebih edgy dan nggak biasa. So far, ada beberapa indie nail polish yang terkenal, there are Cult Nails, Dollish Polish, Pretty & Polished, and many more (read more here). Tapi, favorit saya adalah The Hungry Asian. Pertama sih karena namanya yang sangat 'saya' since I am Asian, and I'm always hungry! Tapi, THA memang punya nail polish dengan warna-warna dan nama yang lucu, I mean you've gotta love a brand with product names like 'Bar Fight' and 'u jelly'. Some of my favorites are on the image above, Mint Condition, Cookies and Cream, Strawberry, Belle, Celebration, and Zera.
Another nail polish type yang saya lagi candu berat adalah matte topcoat. Saya biasanya lebih prefer nail polish yang warnanya cetar dan bold kayak neon, merah, abu-abu, atau glitter. Cuma sayangnya, warna cat kuku yang mentereng itu suka agak bikin risih kalau dipakai ngampus, since nantinya bakal terlalu menarik perhatian (mostly yang nggak diinginkan). Ini makanya kenapa saya cinta banget sama matte topcoat karena dia bisa semacam 'meredam' nail polish yang terlalu terang karena efek matte itu bikin kuteksnya nggak glossy. Banya review yang mendeskripsikan matte topcoat dengan velvety texture, tapi kalau saya sih buat gampangnya, matte itu bikin kuteksnya punya tekstur yang mirip tip-ex. Matte topcoat ini, selain bagus buat bikin nail polish less mencolok juga handy banget kalau lagi buru-buru karena keringnya cepet banget. Selain dalam bentuk topcoat, nail polish with matte texture juga ada, tapi saya sih nggak terlalu suka, topcoat seems much more practical dan irit.


Benedict Cumberbatch
This guy is just perfect. Perfect. Have you seen the BBC' Sherlock? You should, seriously. It is brilliant, and Benedict as Sherlock is amazing beyond words. And seriously, have you seen the new Star Trek trailer?! Benedict is the main villain, and he narrates the first teaser trailer, with THAT deep sexy voice, it gave me chills. My brain just can't comprehend the fact that in Into Darkness, Benedict Cumberbatch AND the amazing Zachary Quinto will, like, I don't know, talk to each other, and with those deep deep voice, OH MY GOD! I just can't. I can't. I just got turned into the Cumberbitches, willingly.

January 29, 2013

The Mighty Sriracha and the Awesome Nutella

Kalau kalian sering browsing dan ngikutin perkembangan budaya dan lifestyle di US pasti aware sama trend saus Sriracha. Saus pedas asal Thailand ini sendiri katanya jadi salah satu condiment paling populer, everyone loves it and it's everywhere, on top of everything.

Saya awalnya nggak begitu ngikutin trend Sriracha ini karena kayaknya di Indonesia nggak terlalu booming. Rasanya sendiri kan pedes banget gitu ya katanya, mirip-mirip Tabasco, yang juga kurang diminati di sini selain jadi pelengkap makan steak. Jadi waktu tadi belanja ke supermarket dan nggak sengaja liat Sriracha di aisle bagian saus dan kecap, saya lumayan kaget juga. And so I bought it, just to see what's the fuss is all about.


Di US sendiri yang terkenal itu Sriracha yang logonya ayam jago, makanya mereka lebih sering menyebut saus ini "that rooster sauce". Sementara Sriracha yang saya beli memang bukan merk ayam jago, tapi kayaknya rasanya bakal tetep mirip-mirip aja.

Anyway, karena penasaran begitu sampai rumah langsung saya cobain. Dan rasanya? Err... agak mengingatkan saya sama rasa saus sambel colek di ciki French Fries 2000. Mirip saus sambal biasa, tapi dicampur Tabasco Mild, jadinya rada asam terus pedes nyelekit gitu. Yah, overall enak sih, tapi enaknya standar lah. Rasanya itu familiar buat yang udah pernah nyobain Tabasco, jadi ya 'sensasinya' biasa aja. Dan saya makin nggak ngerti kenapa American sangat tergila-gila sama saus ini.

Seriously, Sriracha itu populer banget di US, udah jadi semacam saus wajib dan ajaib yang membuat everything taste better. Mereka drizzled Sriracha practically everywhere. Kadang dituang ke sendok dan langsung dimakan gitu aja macam obat batuk. Ada yang ditambahin ke sandwich, hamburger, pizza, pasta, kentang, popcorn, atau nasi, which is masih normal. Ada juga yang bikin Sriracha Bloody Mary, yang masih lumayan bisa diterima akal sehat since Sriracha punya rasa yang hampir mirip original ingredients-nya Bloody Mary, Worchestershire dan Tabasco.

 But Sriracha Lollipops? Sriracha Cookies? Sriracha Cobbler? Sriracha Ice Cream? SRIRACHA LIPBALM?! Some people even go crazier by creating a Sriracha iPhone Case and Sriracha Boxer Short (including a phrase on it with pun intended).


Food compliment lain yang populer juga di tahun lalu adalah Nutella. Kalo chocolate spread yang ini sih di Indonesia juga terkenal banget, thanks to them being overexposed on Instagram, Tumblr, Pinterest, and all sort of social network sites. Masuk akal sih, karena Nutella ini emang selai cokelat paling enak sejagat raya.

Saya sendiri pertama kali kenal Nutella waktu SMP. Zaman-zamannya Diamond PTC masih keren banget, dulu di sana dijual Nutella yang single-serve packs. Waktu itu Nutella masih belum sepopuler sekarang, dan di supermarket biasanya cuma ada sedikit dan udah jelek gitu karena mungkin udah lama.

via Aimakan
Ini bentuknya mirip jajanan tahun 90an yang saya lupa namanya. Pasta cokelat gitu juga cuma kemasan plastiknya warna hijau dan kalo gak salah ada gambar beruang atau tikusnya gitu. Nutella yang ini sendiri rasanya sama kayak Nutella yang ada sekarang, tapi karena jaman dulu rasanya 'wah' aja bisa ketemu pasta cokelat seenak ini. People, quite understandably, also go crazy with Nutella. From Nutella Cake to Nutella-coated Bacon (ewww).


via Buzzfeed



January 28, 2013

I've Had Enough

Do you know what sucks? Expectations.
It sucks because it gives you false hope, a picture of an ideal setting that you believe in your mind will come true. And then it actually is not. Your life failed to meet your expectations, and it left you miserable and sad for long.

I've had this high expectations on how my long holiday is going to happen. I was excited for months. I'm going to spend a long time on my hometown, some of my dear friends are back too and I'm really anticipating the meet-ups. I'm like really really excited. I've been spending weeks to find the right time to bought the ticket when it is at its lowest price, I've spend weeks saving up for the gifts, and I bought them excitedly in the middle of a heavy rain. I've been so carefully arranged my arrival so that it would be just right in time for my best' birthday. Not to mention that this might be the last time I came here, since it so likely that I'm going to move out soon. Overall, I am being so overly excited with my trip, I had all these happy plans on my head, some sort of illusion that me going home is something, I don't know, important?

And it went downhill from there.
Everything sucks. Everyone is busy. They have no time, at all. And when they did, they preferred to spent it with others whom are more important. The birthday surprise that I planned so excitedly, failed miserably. It is not the 'happy failed' when the birthday person know beforehand about the surprise, no. It is the kind of fail when the birthday person was not even there to be surprised. It really really sucks, seriously. I had to go by taxi, since my driver is no longer my driver, and it cost a bloody fortune. And I had to wait outside for an hour, alone under the maddeningly bright sun, looking so miserable even the local woman came over because she pitied me. And I practically can't go anywhere here because, like I said earlier, I no longer have a driver. So I had to go by taxi, which is so damn expensive and the driver are often idiots who played a really bad music.

I don't blame anyone, really. I do understand they have their own mandatory agenda that they couldn't simply left behind. I also know that a failed surprise is one of the risk you have to preps yourself when you're trying to give someone a surprise. I understand all that, or at least I'm trying to be understanding. It's just that, it sucks. I've been anticipating this holiday for months, it was my motivation during all those hard months in college and that stressful exam weeks. And when it finally comes around, it failed to meet my expectations.

It sucks, yes. And I think the only sole being who needs to be blamed is my own self, for expecting too much.

But is it really too much to ask for your time, deAr? Is it really too much for you to save a time for me, like I always saved time for you when you're in need?
P.S : I'm leaving on Thursday. I've had enough disappointment.

January 20, 2013

Holiday?

I'm not having an enjoyable holiday so far. With my dad being sick, everyone that matter being busy, and my exam results being such a f*ckin tease, I just can't sit back, relax, and call it a rest.

And I'm like, 150% sure that I will fail in at least one subject. I practically couldn't answer the final test properly, and I don't think my daily assignments are good enough to cover everything up. This is so frustrating. I can't even imagine how will I explain my failure to my father later on. I mean, he's sick now. And he has this expectation of me for doing good like the size of a mountain it's crazy.

I can't even think properly right now. I don't know. Whatever.

January 11, 2013

Anxiety

Saya besok ujian akhir. Ujiannya lisan, dan saya benci banget ujian lisan.
Terakhir kali ikut ujian lisan itu sama Steve, guru Bahasa Inggris bule saya di SMA. But it didn't count since ujiannya nggak susah, cuma cerita doang dan Steve itu unyu, nggak mengintimidasi.

Ujian lisan yang beneran menyeramkan itu waktu sama guru Kimia di kelas sepuluh. Ceritanya kuis susulan atau perbaikan nilai saya lupa, yang jelas itu benar-benar pengalaman ujian paling nggak enak dan, well, memalukan.

Saya dulu bego banget Kimia. Jadi waktu dipanggil masuk buat ujian lisan, saya yang waktu itu gugup, merasa bego dan terintimidasi sama gurunya yang mengerikan akhirnya panik sendiri. Begitu dikasih pertanyaan saya nggak bisa jawab karena saya... asma mendadak.

Saya tiba-tiba sesak napas gitu, nggak bisa ngomong. Tapi, saya nggak sadar kalo saya nggak bisa napas. Gurunya bingung gitu terus saya disuruh tenang, jangan panik, dan selama jawab pertanyaan saya dibimbing gitu, mungkin dia kasian karena saya mengenaskan banget.

Begitu keluar ruangan itu rasanya kayak Lebaran bahagianya. Tapi begitu inget tadi sempat dengan noraknya sesak napas karena tegang, the happiness just floated away completely.

And that's the reason why that one scary teacher still remembered me all through high school years. I left quite an impression after all.

December 30, 2012

Makan

Kalau kita bicara soal anak kost pasti identik sama menu makanan yang seadanya. Uang bulanan yang nggak banyak sering berbanding terbalik sama pengeluaran yang nggak sedikit. Solusinya, supaya kebutuhan-kebutuhan semua bisa terpenuhi dengan seimbang, ada beberapa yang harus dikorbankan, salah satunya makanan.
Kalo dulu waktu SMA dan masih tinggal sama orang tua makan nggak pernah mikir, sekali hangout dan pergi makan bisa habis ratusan ribu, sekarang bisa makan pizza sebulan sekali aja udah mewah banget.
So far saya sih justru menikmati banget perubahan ini. Rasanya seru aja, jadi berasa mahasiswanya, jadi berasa 'merantau'nya. Biar cuma makan nasi padang cuma pake sayur+sambel+kuah atau nasi kucing tiga ribuan, ketika makannya bareng-bareng ditambah ngegosip, it is enough to satisfy both your physical and emotional needs, trust me.

Anyway.
Dulu saya anti banget beli streetfood. Takut nggak higenies-lah, takut pake plastik atau bahan kimia nggak sehat-lah, pokoknya paranoid sendiri. Tapi sejak mulai ngekos, dengan berbagai jajanan pinggir jalan yang memuncah-buncah di sekitar kost dan kampus, ada beberapa makanan dan jajanan yang menarik perhatian.
Kerupuk Koin Pedas
Buat saya, snack ini cemilan khas nggak resminya Jogja karena so far, saya nggak pernah liat di tempat lain. Kalo di sini, kayaknya hampir semua warung dan bahkan beberapa minimarket jual koin. Rasa kerupuknya sih standar, asin, tapi bubuk bumbunya itu lho, pedas tingkat naga. Makan beberapa aja bisa mules. Tapi, sama ceritanya seperti Maicih, karena enak jadi nagih dan ya makan terus aja. I love this snack, tiap belanja bulanan pasti jadi item wajib yang harus dibeli.

Biting a.k.a Lidi
Ini sebenarnya cemilan dari zaman SMA dulu. Teman-teman saya kayaknya tahu betapa saya addict banget sama lidi ini. Nama resminya sebenarnya biting, dan udah jadi cemilan sejuta umat ya kayaknya. Nggak ada perbedaan yang signifikan sih antara biting zaman SMA dan biting di sini, cuma seneng aja setiap beli jadi kayak reliving the past gitu :D

Cireng
Pertama kali makan cireng itu waktu study tour SMP ke Bandung. Belinya waktu itu bareng-bareng di Dago, cireng versi modern, ada isinya, dan enak banget. Sekarang kalo beli cireng biasanya di SunMor, versi klasik yang tanpa isi, just as good.

Singkong Keju
Dulu, bayangan saya singkong keju itu singkong yang ditengahnya diisi keju terus digoreng. Makanya, waktu pertama kali makan saya bingung, pas dikunyah kok nggak ada rasa-rasa kejunya. Ternyata, maksudnya singkong keju itu singkong yang asin dan lembut, mirip keju o_O. Enak sih, but still, tiap makan suka nggak sadar diemut-emut dulu gitu, mencari-cari 'keju'nya. Iya, bego banget.

Sambal Bawang
Entah cuma saya atau emang dulu di Palembang saya jarang banget makan dan dapet sambelnya sambal bawang. Tapi di sini kayaknya semua-mua pake sambal bawang. I'm not complaining, though. I love sambal bawang! Kayaknya tuh semua lauk berasa enak aja kalo makannya pake sambal ini.

Terong dan Jamur Goreng
Dua ini adalah lauk andalan ketika makan di luar dan uang sudah tipis. Murah tapi edible. Toh selama masih pake nasi, tetap bisa kenyang juga biar lauknya bukan ayam atau daging. Karena, believe me, daging adalah lauk yang sangat mewah buat anak kost.

Roti Prata
Ini nggak termasuk streetfood sih, but merely one of many instant food that I bought to fill in my need for food. Roti prata merk ini enak banget, highly recommended. Masaknya juga gampang banget, tinggal di fry-pan bentar.

Canai Susu
Ini sebenarnya makanan yang simple banget, cuma roti canai, yang kalo biasanya dimakan pake kari, ini dikasih susu kental manis putih. Tapi somehow banyak banget yang nagih, termasuk saya. Lumayan mengeyangkan juga buat ukuran snack.

December 25, 2012

Things I Learned, So Far

Friends are everything

Ketika kita jauh dari rumah, dari keluarga and their undying love and care, ketika kita sendiri di tempat yang asing, punya teman-teman yang luar biasa baik mampu membuat semua lebih mudah dijalani. Mereka membuat setumpuk tugas dan deadline, segambreng kegiatan dan event, serta dosen-dosen menyebalkan dan kelas yang bikin ngantuk, worth it. Kadang niat aja nggak cukup. Kadang, tujuan dan cita-cita yang digantung sedemikian tinggi terasa sulit dijangkau. Mereka adalah yang akan membantumu berdiri. Menopangmu sedikit demi sedikit sampai kau cukup kuat untuk meraihnya sendiri. Tapi ketika lompatanmu gagal, mereka tetap ada. They're going to catch you, no matter how fucked up you are. They will be there, asking nothing in return. And I've found them, the good friends. Meski kadang mereka sangat-sangat 'sakit' dan punya kecintaan berlebihan terhadap film-film India (blerghhh..) yang nggak kenal waktu dan tempat, they'are still amazing. And I thank anyone Up there for giving me them.

Never, ever, judge someone by their look, their attitude in public, or their social media account

Seorang teman sangat talkative di socmed, selalu muncul, selalu online, dan semua tau dia. But in real life, dia amat sangat menyebalkan dan invisible. Seorang lagi, perawakannya mirip anak SD, kurus, mungil, dengan gaya berpakaian yang sama sekali nggak kelihata mahasiswa-mahasiswanya. Ketika diajak bicara, ternyata dia begitu kritis dan tahu begitu banyak. Bacaannya buku politik, biografi, sastra dan puisi. Dan dia suka banyak lagu-lagu jadul yang juga saya suka, which in my view, a huge point. Seorang teman yang lain sangat aktif dan seorang public speaker yang baik. Setiap dia bicara di forum, saya selalu terkagum-kagum dengan kosa kata dan cara bicaranya yang 'pintar'. Tapi, ketika dia bicara dengan hebatnya tentang satu topik yang saya kuasai dan dia, notabene, tidak, saya bisa lihat betapa dia sebenarnya cuma membacot. Orang yang benar-benar pintar seharusnya tahu kapan ia harus bicara, dan kapan ia harus tutup mulut, and that is when I lost my respect. Seorang teman lagi, justru kebalikannya. Pendiam, jarang aktif di forum. Kemudian, sebuah kebetulan membawa saya pada fakta bahwa nilai essay penugasannya adalah: 4; 3,75; 3,5. Seorang lagi, adalah mahasiswa eksis. Bajunya bagus, modis, mantannya banyak, mukanya judes, tipikal tokoh antagonis di sinetron-sinetron. Tapi ternyata, dia berangkat dari keluarga yang tidak utuh. Orangnya sendiri, begitu kenal lebih jauh, sebenarnya baik dan smart banget. I learned so much from my encounter with these new people, hopefully those experience will serve me to be wiser.

There's no such thing as 'pushing yourself too hard

Life only feels hard when you go soft on yourself. Ketika ketika menghabiskan diri membuang-bunag waktu mengasihani diri sendiri, memajakan diri dengan excuse-excuse yang kita buat sendiri, we became weak. And thus, we became powerless in the face of life and its problem. Teman saya adalah mahasiswa karier. Dia aktif di segambreng kegiatan dan organisasi, baik akademik maupun seni,  dia punya absensi yang hampir semua full, bukan karena titip absen (yang notabene nggak bisa dilakukan lagi dikampus saya, no thanks to the fingerprint method) tapi karena memang datang terus. Dan dia baik-baik saja. Semua orang, termasuk saya, bilang suatu saat dia akan snap sendiri karena bebannya terlalu banyak dan dia akan ambruk. But so far, she's doing fine. Because she steeled herself, she brace herself for whatever tomorrow brings. Saya? Jadwal tidur yang nggak teratur dan makanan yang nggak sehat bikin saya, saat ini, merana sendiri karena sakit. I am weak, saya belum punya niat dan mental sebaja teman saya tadi. Tapi saya berusaha kok, meski baru langkah kecil sedikit-sedikit dan sepele.
Sulit, tapi Bapak secara nggak langsung bikin saya  kuat. Dia sibuk, dia sering nggak punya waktu untuk saya bahkan ketika kita masih tinggal serumah. Kalau teman-teman saya cerita mereka sedih ketika dua hari nggak ditelepon rumah, saya hampir dua minggu nggak dihubungi Bapak. Ketika teman-teman saya sakit dan mereka ngadu, saya cuma sms Bapak ketika penyakit saya kemarin sudah parah dan saya nggak tahu lagi mau berobat ke mana. Ketika di waktu-waktu langka saya ditelepon agak lama sama Bapak dan saya cerita tentang masalah saya, respon Bapak selalu ringan dan seolah menggampangkan.
Dulu, saya merasa semua karena Bapak nggak peduli, karena Bapak nggak mau tahu. Tapi saya sekarang lebih dewasa. Saya bisa lihat, bahwa semua itu Bapak lakukan justru karena dia sayang saya. 
Dia nggak merasa perlu menghubungi saya setiap hari karena dia percaya saya baik-baik saja dan saya bisa jaga diri. Bapak percaya saya bisa jaga kesehatan, dan ketika saya sakit, Bapak tahu saya pasti bisa mengurus diri sendiri. Ketika saya cerita dan Bapak cuma menanggapi seadanya, Bapak mau melatih saya supaya tidak gampang mengeluh. Bapak tidak memperlakukan saya seperti anak kecil yang rapuh dan perlu dimanja karena dia percaya saya sudah dewasa dan mampu berdiri sendiri. And for these I am grateful.